Apa
yang saya tuliskan disini bukan semata-mata visi atau kemauan pribadi tetapi
Tuhanlah yang telah menaruhnya dihati saya. Filipi 2:13 (Karena
Allahlah yang mengerjakan didalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya). Saya
telah berulang kali mendoakannya karena sesungguhnya secara manusia saya tidak
ingin menuliskannya, tetapi saya tidak bisa untuk tidak melakukannya. Kemudian
saya mulai flash back seluruh kehidupan saya dan ternyata dari apa yang saya alami ada
beberapa hal yang perlu saya sampaikan karena
ini mungkin bisa menjadi pembelajaran bagi orang percaya untuk bagaimana
berjaga-jaga terhadap setiap strategi yang ditimbulkan si jahat (iblis) yaitu
:
1. Merebut destiny melalui
kutuk keturunan, dia ingin menghancurkan dan menggagalkan.
2. Mengintimidasi bahwa
Tuhan tidak akan pernah mengampuni lagi.
3. Membuat ragu akan
keselamatan dalam Yesus.
4. Menghancurkan damai
sejahtera, membuat hati menjadi kacau, mati, beku, tidak ada kasih, tidak
peduli dan memberontak.
5. Membelenggu, mengikat,
membutakan, membunuh.
Tetapi
apa yang telah Tuhan tetapkan dan tentukan tidak pernah gagal. Saya ingin
mengatakan pada semua bahwa kuasa darah Yesus memerdekakan, melepaskan dan
menebus dengan sempurna. Kita harus mematahkan semua kutuk dan meletakkannya
dibawah kaki Yesus. Dalam kejatuhan tetaplah beriman dan tetap berdiri diatas
kebenaran Firman Tuhan. Jangan bergantung pada perasaan yang sering
berubah-ubah tetapi tetaplah berpegang pada janji firman Tuhan dan lawanlah
setiap intimidasi iblis. Kalau saat ini saya menerima pengampunan maka semuanya
itu hanya karena kasih karunia belaka. Uraian hidup saya berikut ini
mengisahkan bahwa kutuk bisa terjadi dari orang tua kepada anak dan keturunan
selanjutnya dan bahwa kutuk harus diputuskan.
Semasa
saya kecil orang tua kami sempat berpisah, Ibu bekerja di Jakarta, ayah tidak berkerja karena mengalami sakit gangguan
kejiwaan . Kami yaitu ayah, saya dan adik di Jawa
tengah tepatnya di Desa Margorejo, tinggal di rumah orang tua ayah. Kelas satu
SD saya bersekolah di Jawa dengan bahasa yang tidak saya mengerti sehingga
dapat dipastikan bahwa nilai saya buruk. Ke sekolah dengan berjalan kaki,
setelah sarapan nasi jagung saya berangkat. Apabila hujan saya menggunakan
pelepah daun pisang sebagai payung, tentunya hanya bagian kepala saja yang
tidak basah. Aktifitas di desa yang terekam dalam memori saya diantaranya
adalah ramainya gerobak sapi dan para pedagang yang berjalan kaki melintasi
jalan depan rumah pada setiap hari-hari pasar yang hanya ada dua kali dalam
seminggu. Itulah tontonan yang menghibur dengan lenguh suara lembu dan bunyi rantai lonceng dilehernya.
Apabila
musim menuai maka tumpukan padi bertimbun-timbun tinggi di halaman depan rumah
yang luas. Di kebun belakang rumah ada pohon mangga, jambu dan belimbing yang
sedang berbuah. Burung-burung betet dengan bulu berwarna biru, merah, hijau,
kuning, sering bertengger diatasnya,
saya sangat menyukainya. Disamping rumah kakek ada jeruk bali yang berbuah
dengan lebat sampai kebawah sehingga saya dengan mudah memegangnya. Tanaman
mawar merah yang besar-besar tumbuh dengan suburnya, harum bunga mawar dan
melati memenuhi halaman depan rumah, terasa segar sekali. Kakek memiliki kuda-kuda dan pedati yang digunakan untuk angkutan
penumpang. Ada kusir dan beberapa orang-orang yang bekerja pada kakek untuk
mengurus hewan, kebun dan rumah. Kakek cukup terpandang dan berada. Kadang saya
ikut kakek berburu ke hutan jati dengan anjing-anjingnya dan orang-orangnya.
Setiap
minggu pagi terdengar lonceng Gereja yang bergaung sampai keseluruh desa dan
berdatangan dari tiap-tiap
pelosok desa orang-orang yang bejalan kaki untuk
beribadah memenuhi Gereja. Desa kami dihuni oleh mayoritas Kristen. Kakek
adalah seorang penginjil yang gigih memberitakan Injil dari desa ke desa. Kakek
menghibahkan tanah dan bangunan Gereja untuk desa tersebut. Kakek sangat baik,
penyayang, penyabar dan mengasihi saya. Sangat berbeda dengan nenek yang
pemarah dan angkuh, sering memarahi saya karena bergaul dengan penduduk desa
yang beliau anggap lebih rendah. Saya sangat menyayangi kakek tetapi sayang
kakek meninggal sebelum saya lebih lama mengenalnya. Beliau tertimpa runtuhan tugu tepat didadanya.
Satu
triwulan saya bersekolah di Jawa kemudian kami kembali ke Jakarta berkumpul
dengan ibu. Di Jakarta kami tidak memiliki tempat tinggal, mengontrak di rumah
petak, tetapi kehidupan semakin sulit sampai tidak bisa lagi kontrak rumah,
namun karena pertolongan Tuhan ada teman ibu yang berbaik hati menyediakan
rumahnya untuk kami huni tanpa bayar.
Menurut
penjelasan ibu, sebelumnya ayah saya bekerja di perusahaan P.N DN, bergerak dibidang perdagangan, sebagai kepala unit
sering bisnis dengan kapal ke Maluku. Sekembali dari Maluku, posisi beliau digantikan oleh
orang lain. Beliau memulai usaha dengan mendirikan PT. SB, berkaitan dengan usaha yang
dirintisnya itu beliau ke Cirebon dan sekembali dari Cirebon mengalami gangguan
kejiwaan depressi. Beliau ke dukun, belajar ilmu-ilmu
macan, bersemedi, minum air mantra. Beliau terlalu
mempercayai
teman yang ternyata menipu, mengalami kehancuran usaha sampai habis sama sekali
tidak memiliki apa-apa.
Sebenarnya beliau memiliki
kepedulian dan jiwa sosial yang cukup tinggi bahkan kadang lebih mengutamakan
orang lain dari pada keluarga. Karena
kondisi beliau saat itu, uang habis digunakan untuk pengobatan ke dokter
jiwa, menjadi perokok dan bersifat kasar. Kadang mengalami keanehan, kedua adik
lelaki saya disuruh berkelahi, matanya dipaksa untuk melihat matahari. Adik
perempuan yang masih bayi diangkat lehernya. Saya takut dan tidak dapat berbuat
apa-apa, para tetangga juga takut hanya melihat dari jauh. Ibu tidak tahu
karena beliau bekerja sampai larut malam. Apabila tidak bisa mengerjakan berhitung, ayah memukul
jari-jari saya dengan rotan. Kadang mendapat tamparan dan kepala saya
dibenturkan ke dinding.
Masa
kanak-kanak kami kurang baik, saya tidak
pernah merasakan bahagia; namun ada hal yang saya
ingat yaitu ke sekolah minggu setiap minggu pagi dengan berjalan kaki.
Kesulitan hidup terus kami alami, menginjak SMP saya mencoba berjualan
sayur-sayuran, tempe, ikan asin, dan rujak. Dari hasil keuntungan, ibu
memberikannya sebagian kepada saya yang kemudian saya gunakan untuk membeli
buku dan sandal jepit yang saat itu buat saya sangat berarti.
Saya
menjadi anggota karateka, gemar berlatih bergabung dengan kelompok-kelompok
lain kadang ke laut ataupun kepuncak. Mendapat kepuasan kalau berteriak,
memukul atau menendang. Karakter saya menjadi keras dan pemarah. Kalau marah
saya menjadi sangat geram dan ingin menghancurkan segala sesuatu dan seperti ada yang bangkit membakar didalam jiwa.
Dalam keluarga kami masing-masing berjalan sendiri-sendiri, bergaul semaunya
tanpa arahan, terseret pergaulan yang
buruk. Adik saya juga suka mabuk dan membuat keonaran sampai polisi datang ke rumah untuk membawanya.
Terkendala
biaya, lulus SMA saya tidak dapat melanjutkan kuliah. Pernah terluka dan merasa dibuang dengan
sikap ibu yang menyuruh saya menikah dengan orang
yang berbeda keyakinan, hanya karena dia cukup kaya. Selama satu tahun lulus SMA tidak tahu harus bagaimana, lamaran pekerjaan
sudah saya masukkan tetapi tidak ada
panggilan satupun. Saat itu semua rasanya buntu sampai suatu ketika datang
seseorang menginformasikan bahwa ada Akademi
Perawat yang masih
menerima mahasiswa dengan ikatan dinas. Kemudian saya ikut test seleksi dan lulus, bisa kuliah tanpa
biaya, selanjutnya tinggal di asrama Akademi
Keperawatan di suatu Rumah Sakit di
Jakarta.
Di
asrama pernah mau bunuh diri karena merasakan kehampaan tiada sukacita dan
pengharapan. Ketika akan bunuh diri
saya teringat bahwa kemanapun saya pergi juga kedunia orang mati, suatu saat
tetap akan berhadapan dengan Tuhan. Saat itu saya berlutut dalam putus asa, akhirnya saya
menyebut nama Yesus. Saya katakan :”Yesus tolong saya.” Saya merasakan beban
saya terangkat, ada sukacita dan pengharapan yang belum pernah saya rasakan
masuk kedalam hati saya. Di asrama inilah saya menerima
Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat saya.
Alkitab menjadi suatu kebutuhan yang harus saya baca
setiap hari, juga buku-buku rohani. Sering saya merasakan kehadiran Tuhan, ada
hadirat Tuhan yang membuat saya sujud menyembah. Dengan sukacita saya memberitakan kabar keselamatan di dalam Yesus dan
mendoakan pasien-pasien dirumah
sakit, juga mengikuti Sekolah
Alkitab School of Ministry (SOM).
Namun
dalam tahun-tahun berlalu, perjalanan mengiring Kristus tidak selalu berjalan
baik. Setelah
lulus kuliah dan beberapa tahun bekerja, kehidupan dalam keluarga tidak ada
perubahan, berulang-ulang mendapat perlakuan kurang baik dan hal-hal yang
melukai hati, perkataan ayah yang menyumpah-nyumpah, perkataan ibu yang mengatakan
bahwa saya anak durhaka, betapa saya tidak mengerti akan semuanya ini. Timbul
dihati saya rasa tidak memiliki ibu dan merasa asing dengan beliau sampai saya
berfikir apakah benar saya anak beliau? Saya mencari tahu dengan mencari data
kelahiran, lahir dimana? Siapa yang menolong? Saya lihat surat kelahiran dan
saya memang anak ibu, tetapi seperti tidak memiliki ibu.
Waktu
terus berjalan, usia sudah 29 tahun, ibu memperkenalkan saya dengan seseorang,
keluarga dari bapak pendeta. Saya hanya berfikir bahwa dia Kristen dan keluarga
dari bapak pendeta tentunya memiliki tingkat kerohanian yang baik, walaupun
tidak mencintainya akhirnya saya menikah dengan tawar hati, sampai pemberkatan
nikah di gerejapun hati saya masih bertanya apakah dia suami saya? Tetapi semuanya
berjalan begitu saja tanpa kebahagiaan. Suami saya orang yang tertutup. Kami
sangat jarang komunikasi. Saya melihat dia tidak berdoa dan tidak membaca Alkitab, dan betapa
terkejutnya saya bahwa dia juga mempunyai tingkat intelegent dibawah rata-rata
normal.
Anak
pertama lahir tidak merasakan kebahagiaan apa-apa, hati saya beku dan dingin.
Usia bayi satu minggu karena rewel, saya memakinya. Memiliki sifat pemarah, mendidik
anak dengan keras. (A) anak pertama sering
saya pukul. Suatu ketika terjadi banjir dan
kami merapihkan file-file ijazah termasuk file suami, saya baru tahu bahwa
dia tidak selesai kuliah, SMA jurusan bahasa. Kemampuan berpikirnya yang kurang
membuat saya shock dan stress, kadang saya merasa seperti hampir gila. Ketika
saya mengetahui hal tersebut sedang mengandung anak kedua, betapa stress dan
takutnya saya kalau-kalau anak kedua saya bodoh. Sampai anak pertama berusia
lima tahun saya tidak kuat lagi menjalani pernikahan.
Apapun
akan saya lakukan untuk bercerai dengan dia, dada saya terasa berat dan sesak,
beban ini terasa berat buat saya. Terbersit
dipikiran bahwa saya harus hamil dengan orang lain, mungkin itulah
satu-satunya alasan yang paling tepat,
saya sangat berharap kejadian ini dapat membuat kami
bercerai tidak peduli dengan apapun.
Saya sengaja melanggar firman Tuhan. Ini
rencana gila tapi akan saya lakukan agar bisa bercerai. Kemudian saya merencanakan detail dengan menghitung masa subur.
saya
hamil dan menceriterakan tentang semuanya kepada ibu bahwa saya hamil dan ingin
bercerai dengan suami. Anehnya ibu mendukung, menyetujui perceraian dan
mengantar saya untuk menemui bapak pendeta yang menikahkan kami, tetapi pak
pendeta menolak untuk melayani dan menganjurkan ke gereja tempat saya
beribadah. Suami tidak mau bercerai tetapi menyuruh saya mengaborsi kandungan.
Saya sangat jengkel dengan sikap suami yang saat itu
saya anggap bodoh karena tidak mau menceraikan. Akhirnya
walaupun ini bukan pilihan yang baik, saya melakukan aborsi. Setelah peristiwa
itu sering merasa ketakutan dan mimpi-mimpi buruk. Bayangan buruk yang
mengerikan begitu menghantui dan lebih dari itu saya sangat sedih karena
kehilangan bayi yang tidak bersalah. Saya menyayangi
dia walaupun belum pernah lahir. Ada
hal aneh yang saya rasakan saat itu adalah seperti mati, merasa bahwa saya mati
dan hati dikuasai hawa panas, sangat mudah marah. Keanehan lain adalah ketika
berbicara tentang firman Tuhan, menceriterakan kepada anak tentang Yusuf dan
keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir,
leher saya seperti tercekik, tidak bisa bicara sampai pembicaraan
terhenti karena kehilangan suara.
Saya juga tidak bisa menyembah seperti dahulu, Tuhan seperti membelakangi saya.
Ada perasaan asing dengan Tuhan Yesus.
Adik saya yang dahulu nakal sudah menjadi
pendeta dan menjadi ketua badan kerjasama antar gereja. Gereja membiayai dia
untuk kuliah di Sekolah Tinggi Theologia (STT) di Jakarta. Dia melayani saya iner healing,
ketika didoakan terjadi manifestasi yang menakutkan dan sejujurnya membuat adik
saya shock karena terkejut dan tidak pernah mengira. Saya menyeringai seperti
macan yang siap menerkam dengan mulut menganga dan tangan yang akan menerkam,
kemudian muncul kegeraman dengan kedua tangan mengepal. Ada roh nenek-nenek, ular dan
monyet, itu yang terjadi pada pelayanan pertama.
Pelayanan
kedua, adik saya disertai dengan tim doanya, mereka berdoa dan puasa. Saya
didoakan pelepasan secara detail mulai dari kandungan ibu, kelahiran, terus
ditelusuri tahun pertama kedua dan muncul manifestasi ketika berumur tujuh
tahun, saya tidak tahu apa yang terjadi pada usia tersebut, muncul manifestasi
lagi saat usia remaja dan terus didoakan selama perjalanan umur saya saat itu.
Kemudian saya mendengar suara
lolongan jeritan yang sangat kuat keluar dari kerongkongan saya tetapi adik
saya tidak mendengar sama sekali.
Pelayanan
ketiga juga dengan tim doa mengelilingi saya, tampak penglihatan gurita yang
mengikat saya dan yang saya sendiri terkejut adalah ada roh anti kristus. Tetapi
semuanya itu telah ditolak dan saya telah didoakan
dilepaskan
dari semuanya. Ini benar-benar menegangkan. Saya
baru tahu bahwa hubungan seks diluar pernikahan menjadi pintu masuk bagi kuasa-kuasa
gelap (roh jahat dan setan-setan).
Saya teringat firman Tuhan tentang rumah yang telah
dibersihkan karena tidak berpenghuni maka datanglah roh-roh jahat yang lebih
banyak masuk ke rumah itu. Oleh karena itu orang yang telah lahir baru, telah menerima Yesus sebagai Tuhan harus
berhati-hati menjaga hidupnya, harus ada Roh Kudus yang menguasai hidupnya. Selanjutnya
saya berdoa puasa supaya jangan datang yang lebih buruk. Mohon ampun Tuhan untuk
segala dosa-dosa pemberontakan kepada Tuhan. Berusaha memegang janji Tuhan dan kebenaran
firman-Nya, tetap beriman bahwa ketika menerima Yesus sebagai Tuhan, darah-Nya menyucikan
segala dosa,
status saya adalah anak Allah. Status ini tidak akan pernah hilang dan ketika
saya kembali kepada Tuhan maka Tuhan pasti menerima saya kembali.
Iblis si penipu mengintimidasi bahwa saya telah
menerima Yesus tetapi kemudian melakukan pemberontakan, maka Tuhan tidak akan
pernah lagi mengampuni. Sejujurnya iblis sempat berhasil membuat saya
ketakutan. Tidak berani lagi datang pada Tuhan, dan bukan hanya ragu tetapi
tidak percaya bahwa Tuhan akan menerima saya kembali. Saya tidak berani datang pada
Tuhan, tetapi saya juga membenci iblis. Tidak mudah menata hati kembali ketika
pernah terhempas dari Tuhan, karena iblis menanamkan keraguan, dan ketakutan.
Saya
patahkan segala intimidasi iblis dan berusaha bangkit kembali. Ketika seseorang kembali dan bertobat dengan
sungguh-sungguh maka Tuhan akan memberikan pengampunan. (Yesaya 43:25 Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh
karena Aku sendiri, dan Aku
tidak mengingat-ingat dosamu).
Akhirnya saya terus berupaya datang seperti wanita
yang berdesakan ditengah keramaian yang berusaha menjamah jubah Yesus. Seperti
pengemis yang mohon belas kasihan.
Itulah yang saya lakukan, karena saya najis dan cela, tidak ada kebenaran,
hati yang penuh kekurangajaran kepada Tuhan, tidak hormat dan menentang. Betapa
ngerinya kalau saya mengingat hal itu, tetapi oleh karena kuasa darah Yesus
saat ini jiwa saya mendapat kelegaan dan kelepasan. Tidak ada lagi ikatan yang
membelenggu karena darah-Nya menyucikan. Sesungguhnya cinta-Nya yang tidak
terselami.
Kami
sekeluarga mengikuti program pembelajaran.
Ada sesi tentang “Memiliki hati yang merdeka”. Sesi ini membahas satu persatu
segala bentuk keterikatan dan kutuk yang harus diputuskan antara lain tentang :
Ø Kebiasaan
buruk
v Keterikatan
: Perokok/Peminum/Pemakai narkoba.
Ø Dosa
seksual :
v Cepat
jatuh cinta/genit/suka pacaran.
v Pornografi/Masturbasi.
v Perzinahan/Pelacuran/Free
sex.
v Homoseksual/Lesbian/Banci/Kelainan
seksual/Hipersex.
Ø Penyembahan
berhala :
1. Okultisme
:
v Jimat/Mantera/Susuk/Patung
berhala.
v Minum
air dukun/Hu.
v Kuepang/Perjanjian
darah dengan kuasa gelap.
v Ramalan/Horoskop/Feng
Shui/Shio.
v Meditasi/Kebatinan/Tenaga
dalam/Yoga/Ilmu sakti.
v Ilmu
bela diri.
v Berhubungan
dengan roh orang mati/Orang suci.
2. Penyesatan.
Penyesatan
adalah apapun yang membuat iman seseorang bergeser dari Tuhan Yesus. Sikap meragukan
dan menolak Dia, termasuk kebenaran diri sendiri. Kebutaan rohani.
3. Kutuk/Dosa
nenek moyang:
v Kawin
cerai/Poligami.
v Gangguan
jiwa/Idiot/Penyakit keturunan.
v Kegagalan/Kemiskinan.
v Kecelakaan/mati
muda.
Pada
sesi tentang “Memiliki hati yang benar”
diuraikan tentang dosa-dosa dalam hati dan luka batin, antara lain :
Ø Dosa
dalam hati :
v Kepahitan/kebencian/ingin
balas dendam.
v Hati
yang tidak jujur/suka berbohong/gosip/fitnah.
v Pemarah/mengutuk
orang lain dihati/memberontak.
v Suka
menghakimi/sombong.
v Cinta
uang lebih dari Tuhan.
v Imajinasi
seksual/percabulan dihati.
Ø Luka
batin :
v Minder/suka
menyendiri/malu.
v Rasa
bersalah/sering tertuduh/menghakimi diri sendiri.
v Mudah
purus asa/ingin bunuh diri.
v Takut
tertolak/tidak aman/mudah curga.
v Takut
gagal/takut dinilai orang.
v Takut
gelap/takut ketinggian/suka mimpi buruk.
v Trauma
masa lalu/aborsi/pelecehan seksual/perkosaan/pengalaman buruk.
Dari
daftar diatas pada point-point mana
kami pernah berada, telah
didoakan dilepaskan dan diputuskan dari kutuk dalam nama Yesus. Keluarga kami
dipulihkan, kami saling mengampuni. Segala dosa saya telah saya akui juga
dihadapan anak-anak tidak ada yang tersembunyi. Hal yang membuat
saya heran ketika menceriterakan kepada T (anak kedua) bahwa dia
sebenarnya punya adik tapi ibu telah mengaborsinya karena perbuatan salah yang
telah ibu lakukan, sekarang adik telah bersama Tuhan. Anak saya dapat menerima penjelasan dan yang aneh adalah wajahnya
sangat bersukacita karena ternyata dia punya adik meskipun tidak melihatnya. Dia sudah lama mengharapkan adik, setiap kali ada pasien yang lahir,
dia selalu meminta untuk menjadi adiknya. Dia meminta agar saya memberi nama
pada adiknya, anak itu saya beri nama Kasih. Hatinya begitu lega dan
bersukacita, saya lihat matanya berbinar-binar penuh sukacita….ini aneh…..
iblis merancangkan kehancuran tetapi rancangan
damai sejahtera Tuhan tidak pernah gagal. Mulai dari ayahku yang ke dukun, kutuk itu bekerja sampai ke pernikahan
saya, apa yang ibu saya alami hampir semuanya juga terjadi dalam hidup saya
yaitu akan bercerai, pelecehan
seksual, perpisahan dengan anak, kebekuan hati dan kurang mengasihi, berbagai kesulitan
hidup, saya juga mengalami, bahkan saya melakukan kekerasan pada
anak. Tetapi tangan Tuhan
menolong saya, dan panggilan-Nya yang telah Dia tetapkan akan tetap terjadi sesuai
dengan rencana-Nya.
Dari semua yang saya alami,
doa dan penyembahan menjadi suatu kebutuhan.
Tahun tahun telah berjalan saya melakukannya. Banyak hal yang saya alami secara pribadi dengan Tuhan disaat saya
seorang diri menyembah. Namun
sejujurnya kadang saya merasa cape untuk terus menerus doa mengcover keluarga.
Kadang saya putus asa seperti tidak melihat hasilnya, tetapi ternyata perubahan
dan hasil itu datang tanpa saya sadari dan sebenarnya itu telah terjadi.
Tuhan mendidik dan mengubahkan karakter dengan
berbagai cara diantaranya ketika mengikuti seminar
tentang wanita bijak, paradigma saya diubahkan untuk bagaimana menjadi ibu dan
istri yang bijak. Cara orang tua yang salah dalam
mendidik
akan mempengaruhi cara kita mendidik anak sehingga kita juga
melakukan kesalahan yang sama. Dulu mungkin orang tua kita memaksakan
kehendaknya, tanpa disadari kitapun melakukan hal yang sama kepada anak. Setelah mengalami pemulihan demi pemulihan, cara saya
mendidik anak benar-benar berubah, saya menegur dengan kasih sayang, dengan
memeluk, tidak lagi menegur dengan kemarahan dan geram. Ketika seseorang dalam
keluarga dipulihkan makan seluruh anggota keluarga juga akan mengalami
pemulihan dan jamahan Tuhan.
Ayat
firman Tuhan yang membuat saya berani datang untuk kembali kepada Tuhan adalah
ajakan-Nya dari Matius 11:28 Marilah
kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu. Dan mendapat penghiburan dari Mazmur 27:10 Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku.
Sesungguhnya ayat-ayat hafalan yang saya hafalkan saat remaja ternyata sangat
menolong pada saat menghadapi pencobaan, dalam I Korintus 10:13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami adalah
pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah
setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui
kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar,
sehingga kamu dapat menanggungnya. Juga saat saya mengalami kepahitan
hidup, yang saya ingat adalah Roma 8:28 ...bahwa
Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan
rencana Allah.
Saya mengikuti Excellent
Servent Camp, dimana kami dilatih seperti tentara, melayani Tuhan dengan
disiplin dan komitment dengan hati nurani yang murni dan kesetiaan. Saya
diberkati dengan pelatihan tersebut bahwa kita ini hamba dan budak yang harus
melayani Tuannya dengan kesiagaan dan kerendahan hati. Suami mengikuti Mans Camp yang setidaknya mengubah
paradigma untuk memahami perannya sebagai imam dalam keluarga. Kalau saat ini
rumah tangga kami masih tetap berjalan hanya karena kasih karunia Tuhan Yesus
Kristus.
Sejujurnya tidak mudah bagi saya menerima kondisi
suami. Sebelum dipulihkan saya merasa bahwa pernikahan adalah mimpi buruk yang
menjadi kenyataan. Sering saya meminta Tuhan untuk mengambilnya karena saya
tidak kuat untuk hidup bersama dia. Banyak keputusan-keputusan penting yang seharusnya
menjadi bagian suami, tetapi saya dengan terpaksa harus melakukannya. Batin
saya lelah karena harus membimbing dan berulang-ulang memberi dorongan baik
untuk doa maupun memposisikan perannya sebagai kepala keluarga. Menyampaikan
berulang-ulang untuk satu suara dalam mendidik anak dan banyak hal lain dimana
saya harus selalu mengarahkan. Betapa lelahnya batin saya karena sesungguhnya
yang saya inginkan adalah suami yang bisa mengayomi, mengarahkan dan mensuport
bukan hal yang sebaliknya. Suami yang bisa membuat saya tenteram, bukan suami
yang membuat saya menuai stress dan ketegangan.
Ketika mempelajari firman Tuhan bahwa tidak ada yang
kebetulan dalam hidup, tetapi semuanya telah dirancangkan oleh Tuhan jauh
sebelumnya bahkan jauh sebelum saya dilahirkan, telah ditulis hari-hari yang
akan dibentuk. Mazmur 139:16 Mata-Mu
melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari
yang akan dibentuk, sebelum ada satupun daripadanya.
Kasih Tuhan telah mengubah cara pandang saya sehingga
saat ini bisa melihat sisi lain dari semua hal yang nampaknya buruk. Dulu sering bertanya mengapa hidup
sedemikian susah, semuanya harus didapatkan dengan sulit, saya marah pada
Tuhan, merasa ini tidak adil. Ternyata inilah yang dikehendaki iblis dengan
segala tipu muslihatnya, melalui kondisi dan situasi yang mendorong orang untuk
tidak mempercayai Tuhan, untuk tidak mengenal Tuhannya. Tetapi saya mengucap
syukur bahwa melalui kesulitan ini justru dapat mengenal Yesus dan membuat saya
bergantung penuh hanya kepada-Nya, karena tidak ada satupun yang bisa
diharapkan.
Saya berupaya untuk mempelajari firman-Nya, dan dengan
segenap hati mencari-Nya dan Dia membuat saya menemukan-Nya. Sesungguhnya hidup
ini adalah bagaimana kita mau memikul salib dan menyangkal diri. Hidup ini
bukan soal kebahagiaan, karena banyak orang bahagia karena hal-hal duniawi;
tetapi apakah kita melakukan kehendak-Nya. Ketika kita mau melakukan apa yang
Tuhan perintahkan maka sukacita itu akan memenuhi hati kita dan itu tidak dapat
diambil oleh siapapun.
Saat ini dalam rumah tangga, saya menjalani peran
sebagai teman dan penolong bagi suami, itulah rancangan Tuhan dari semula
kepada Hawa. Saya menjalani bagian yang sudah ditentukan dan tidak menuntut.
Karena ketika seseorang menuntut perhatian dan menuntut segala hal yang lain
maka hanya akan mendapat kekecewaan. Seseorang tidak dapat mengendalikan
kondisi atau apa yang akan terjadi tetapi dapat mengendalikan respon hatinya
terhadap kondisi. Sakit hati atau tidak, mengalami luka batin atau tidak,
mengampuni atau tidak, juga kecewa atau tidak, itu tergantung keputusan apa
yang akan diambil, karena itu pilihan. Seseorang harus memiliki respon yang
positif dan berani meletakkan hak.
Dalam hubungan dengan anak, dulu saya seorang yang
keras dan kasar pada anak, tetapi sekarang saya bisa menyayangi mereka sebagai
anugerah jiwa yang Tuhan percayakan. Namun trauma yang pernah terjadi pada anak
terutama anak saya yang pertama, tidak hilang begitu saja, tetapi memerlukan
proses. Sisa ketakutan kadang masih tampak. Juga munculnya kecemburuan kakak
terhadap adik yang merasa adik lebih disayang. Saya berupaya untuk
memperlakukan mereka secara adil dan memberi penjelasan bahwa semua disayang.
Adik harus menghormati kakak demikian juga sebaliknya. Harus saling meminta
maaf apabila melakukan kesalahan. Sayapun meminta maaf kepada mereka apabila
saya bersalah. Selain mendoakan dan memberkati mereka, sayapun minta didoakan
dan diberkati anak-anak. Saya juga minta didoakan dan diberkati suami dihadapan
anak-anak agar mereka juga melakukan yang sama kelak.
Dalam kesulitan kami berdoa bersama dan Tuhan tidak
membiarkan kami kekurangan. Kerinduan saya adalah membangun mezbah keluarga.
Disaat-saat kami bisa berkumpul bersama maka kami mangadakan doa penyembahan,
memperkatakan firman Tuhan. Janji firman Tuhan dalam Ulangan 30:2-3a dan apabila engkau berbalik kepada Tuhan,
Allahmu dan mendengarkan suara-Nya sesuai dengan segala yang kuperintahkan
kepadamu pada hari ini, baik engkau maupun anak-anakmu, dengan segenap hatimu
dan dengan segenap jiwamu, maka Tuhan, Allahmu, akan memulihkan keadaanmu dan
akan menyayangi engkau. Saya percaya akan janji-Nya yang tidak akan pernah
berubah. Tuhanlah yang akan mengubahkan hati saya. Ulangan 30:6 Dan Tuhan, Allahmu, akan menyunat hatimu dan
hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup. Saya percaya akan kasih setia-Nya kepada
keturunan orang percaya.
September tahun 2000, malam itu saya sedang menolong
persalinan, pasien sudah akan melahirkan, tiba-tiba mendapat telpon bahwa ayah
saya meninggal. Betapa terkejutnya saya, tetapi juga tidak mungkin kalau malam
itu meninggalkan pasien. Setelah melayani persalinan, jam 3 pagi saya pulang
mendapatkan almarhum ayah. Walaupun ayah tidak bekerja tetapi dari hatinya saya
merasakan kasih sayangnya, saya menyayangi ayah dan sesungguhnya selagi beliau
masih adapun saya selalu mendoakan, kadang membawa teman-teman persekutuan
untuk mendoakan. Ibu mengatakan bahwa malam itu beliau membaca kitab nabi
Yesaya kemudian pergi ke toilet, jatuh dan menghembuskan nafas terakhir. Kiranya Tuhan yang
maha pengasih mengampuninya.
Tahun
2004 kelas dua SD anak kedua (T)
saya pindahkan ke sekolah M.
Saya memantau aktifitas anak saya, setiap
pagi
ada ibadah, kalaupun ada pelajaran olah raga, musik-musik yang digunakan adalah
lagu-lagu pujian kepada Allah. Glori…glori…haleluya…anak-anak berolah raga
dengan sukacita. Betapa anak sayapun penuh dengan sukacita, dia sangat antusias
bersekolah dan selalu menjadi juara kelas (sebelumnya saya sangat takut dia
bodoh), di kelas XI dan XII menjadi juara umum, dia aktif di marching
band demikian juga dengan kakaknya.
Saat inipun dia kuliah di Universitas dengan beasiswa penuh. Kakaknya telah
bekerja diluar negeri. Tuhan Yesus ajaib.
Semuanya
ini saya tuliskan untuk berbagi yaitu
bahwa setelah hidup dalam Yesus, kita perlu memelihara hidup kita dalam
persekutuan dengan Tuhan, kita juga memerlukan
lingkungan yang mendukung, bergaul dengan orang-orang yang hidup dalam
Tuhan, bimbingan dari pemimpin rohani yang bisa mengarahkan agar hidup lebih
optimal, karena kita memerlukan proses untuk berubah. Seseorang tidak dapat berjalan sendiri meskipun berdoa
dan membaca firman Tuhan. Kita memerlukan komunitas, teman untuk berbagi, mendorong
dan saling menguatkan. Kita juga perlu melayani karena dengan melayani,
seseorang akan semakin bertumbuh.
Sebelumnya
saya bekerja sebagai dosen di Akademi Kebidanan yang kemudian resign dan memberi diri untuk pelayanan. Di Akademi
Kebidanan saya telah membentuk persekutuan mahasiswa Kristen yang sampai saat
ini masih berjalan, namun saya mempertimbangkan untuk dapat lebih banyak
melakukan pekerjaan Tuhan tanpa dihalangi tanggung jawab kerja struktural yang menyita banyak waktu. Saya
juga bersyukur bisa ikut melayani ke kolong jembatan di dekat Indomobil Tebet.
Di kolong yang gelap ini dihuni oleh lebih dari 30 KK. Betapa senangnya saya
bisa mengunjungi mereka. Mungkin kalau saya masih dipendidikan lingkup yang
saya layani hanya sebatas mahasiswa, tetapi saat ini saya bisa ke tempat-tempat
kumuh, anak jalanan, panti asuhan, tempat orang gangguan jiwa, penjara, ke propinsi-propinsi dan bangsa-bangsa.
Sesungguh-Nya hati Tuhan tertuju pada mereka orang-orang yang terpinggirkan, yang tidak berpengharapan, yang tidak dipandang oleh
dunia. Orang-orang yang tidak berarti. Bisa melayani
adalah anugerah. Praise the
Lord.