Jumat, 02 Oktober 2015

KESAKSIAN HIDUPKU BERSAMA YESUS



Apa yang saya tuliskan disini bukan semata-mata visi atau kemauan pribadi tetapi Tuhanlah yang telah menaruhnya dihati saya. Filipi 2:13 (Karena Allahlah yang mengerjakan didalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya). Saya telah berulang kali mendoakannya karena sesungguhnya secara manusia saya tidak ingin menuliskannya, tetapi saya tidak bisa untuk tidak melakukannya. Kemudian saya mulai flash back seluruh kehidupan saya dan ternyata dari apa yang saya alami ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan karena ini mungkin bisa menjadi pembelajaran bagi orang percaya untuk bagaimana berjaga-jaga terhadap setiap strategi yang ditimbulkan si jahat (iblis) yaitu :
1.      Merebut destiny melalui kutuk keturunan, dia ingin menghancurkan dan menggagalkan.
2.      Mengintimidasi bahwa Tuhan tidak akan pernah mengampuni lagi.
3.      Membuat ragu akan keselamatan dalam Yesus.
4.      Menghancurkan damai sejahtera, membuat hati menjadi kacau, mati, beku, tidak ada kasih, tidak peduli dan memberontak.
5.      Membelenggu, mengikat, membutakan, membunuh.
Tetapi apa yang telah Tuhan tetapkan dan tentukan tidak pernah gagal. Saya ingin mengatakan pada semua bahwa kuasa darah Yesus memerdekakan, melepaskan dan menebus dengan sempurna. Kita harus mematahkan semua kutuk dan meletakkannya dibawah kaki Yesus. Dalam kejatuhan tetaplah beriman dan tetap berdiri diatas kebenaran Firman Tuhan. Jangan bergantung pada perasaan yang sering berubah-ubah tetapi tetaplah berpegang pada janji firman Tuhan dan lawanlah setiap intimidasi iblis. Kalau saat ini saya menerima pengampunan maka semuanya itu hanya karena kasih karunia belaka. Uraian hidup saya berikut ini mengisahkan bahwa kutuk bisa terjadi dari orang tua kepada anak dan keturunan selanjutnya dan bahwa kutuk  harus diputuskan.
Semasa saya kecil orang tua kami sempat berpisah, Ibu bekerja di Jakarta, ayah tidak berkerja karena mengalami sakit gangguan kejiwaan . Kami yaitu ayah, saya dan adik di Jawa tengah tepatnya di Desa Margorejo, tinggal di rumah orang tua ayah. Kelas satu SD saya bersekolah di Jawa dengan bahasa yang tidak saya mengerti sehingga dapat dipastikan bahwa nilai saya buruk. Ke sekolah dengan berjalan kaki, setelah sarapan nasi jagung saya berangkat. Apabila hujan saya menggunakan pelepah daun pisang sebagai payung, tentunya hanya bagian kepala saja yang tidak basah. Aktifitas di desa yang terekam dalam memori saya diantaranya adalah ramainya gerobak sapi dan para pedagang yang berjalan kaki melintasi jalan depan rumah pada setiap hari-hari pasar yang hanya ada dua kali dalam seminggu. Itulah tontonan yang menghibur dengan lenguh suara lembu dan bunyi rantai lonceng dilehernya.
Apabila musim menuai maka tumpukan padi bertimbun-timbun tinggi di halaman depan rumah yang luas. Di kebun belakang rumah ada pohon mangga, jambu dan belimbing yang sedang berbuah. Burung-burung betet dengan bulu berwarna biru, merah, hijau, kuning, sering bertengger  diatasnya, saya sangat menyukainya. Disamping rumah kakek ada jeruk bali yang berbuah dengan lebat sampai kebawah sehingga saya dengan mudah memegangnya. Tanaman mawar merah yang besar-besar tumbuh dengan suburnya, harum bunga mawar dan melati memenuhi halaman depan rumah, terasa segar sekali. Kakek memiliki  kuda-kuda dan pedati yang digunakan untuk angkutan penumpang. Ada kusir dan beberapa orang-orang yang bekerja pada kakek untuk mengurus hewan, kebun dan rumah. Kakek cukup terpandang dan berada. Kadang saya ikut kakek berburu ke hutan jati dengan anjing-anjingnya dan orang-orangnya.
Setiap minggu pagi terdengar lonceng Gereja yang bergaung sampai keseluruh desa dan berdatangan dari tiap-tiap pelosok desa orang-orang yang bejalan kaki untuk beribadah memenuhi Gereja. Desa kami dihuni oleh mayoritas Kristen. Kakek adalah seorang penginjil yang gigih memberitakan Injil dari desa ke desa. Kakek menghibahkan tanah dan bangunan Gereja untuk desa tersebut. Kakek sangat baik, penyayang, penyabar dan mengasihi saya. Sangat berbeda dengan nenek yang pemarah dan angkuh, sering memarahi saya karena bergaul dengan penduduk desa yang beliau anggap lebih rendah. Saya sangat menyayangi kakek tetapi sayang kakek meninggal sebelum saya lebih lama mengenalnya. Beliau tertimpa runtuhan  tugu tepat didadanya.
Satu triwulan saya bersekolah di Jawa kemudian kami kembali ke Jakarta berkumpul dengan ibu. Di Jakarta kami tidak memiliki tempat tinggal, mengontrak di rumah petak, tetapi kehidupan semakin sulit sampai tidak bisa lagi kontrak rumah, namun karena pertolongan Tuhan ada teman ibu yang berbaik hati menyediakan rumahnya untuk kami huni tanpa bayar.
Menurut penjelasan ibu, sebelumnya ayah saya bekerja di perusahaan P.N DN, bergerak dibidang perdagangan, sebagai kepala unit sering bisnis dengan kapal  ke Maluku. Sekembali dari Maluku, posisi beliau digantikan oleh orang lain. Beliau memulai usaha dengan mendirikan PT. SB, berkaitan dengan usaha yang dirintisnya itu beliau ke Cirebon dan sekembali dari Cirebon mengalami gangguan kejiwaan depressi. Beliau ke dukun, belajar ilmu-ilmu macan, bersemedi, minum air mantra. Beliau terlalu mempercayai teman yang ternyata menipu, mengalami kehancuran usaha sampai habis sama sekali tidak memiliki apa-apa.
Sebenarnya beliau memiliki kepedulian dan jiwa sosial yang cukup tinggi bahkan kadang lebih mengutamakan orang lain dari pada keluarga. Karena kondisi beliau saat itu, uang habis digunakan untuk pengobatan ke dokter jiwa, menjadi perokok dan bersifat kasar. Kadang mengalami keanehan, kedua adik lelaki saya disuruh berkelahi, matanya dipaksa untuk melihat matahari. Adik perempuan yang masih bayi diangkat lehernya. Saya takut dan tidak dapat berbuat apa-apa, para tetangga juga takut hanya melihat dari jauh. Ibu tidak tahu karena beliau bekerja sampai larut malam. Apabila  tidak bisa mengerjakan berhitung, ayah memukul jari-jari saya dengan rotan. Kadang mendapat tamparan dan kepala saya dibenturkan ke dinding.
Masa kanak-kanak kami kurang baik, saya tidak pernah merasakan bahagia; namun ada hal yang saya ingat yaitu ke sekolah minggu setiap minggu pagi dengan berjalan kaki. Kesulitan hidup terus kami alami, menginjak SMP saya mencoba berjualan sayur-sayuran, tempe, ikan asin, dan rujak. Dari hasil keuntungan, ibu memberikannya sebagian kepada saya yang kemudian saya gunakan untuk membeli buku dan sandal jepit yang saat itu buat saya sangat berarti.
Saya menjadi anggota karateka, gemar berlatih bergabung dengan kelompok-kelompok lain kadang ke laut ataupun kepuncak. Mendapat kepuasan kalau berteriak, memukul atau menendang. Karakter saya menjadi keras dan pemarah. Kalau marah saya menjadi sangat geram dan ingin menghancurkan segala sesuatu dan seperti ada yang bangkit membakar didalam jiwa. Dalam keluarga kami masing-masing berjalan sendiri-sendiri, bergaul semaunya tanpa arahan,  terseret pergaulan yang buruk. Adik saya juga suka mabuk dan membuat keonaran sampai  polisi datang ke rumah untuk  membawanya.
Terkendala biaya, lulus SMA saya tidak dapat melanjutkan kuliah. Pernah terluka dan merasa dibuang dengan sikap ibu yang menyuruh saya menikah dengan orang yang berbeda keyakinan, hanya karena dia  cukup kaya. Selama satu tahun lulus SMA  tidak tahu harus bagaimana, lamaran pekerjaan sudah saya masukkan  tetapi tidak ada panggilan satupun. Saat itu semua rasanya buntu sampai suatu ketika datang seseorang menginformasikan bahwa ada Akademi Perawat yang masih menerima mahasiswa dengan ikatan dinas. Kemudian saya ikut test seleksi dan lulus, bisa kuliah tanpa biaya, selanjutnya  tinggal di asrama Akademi Keperawatan di suatu Rumah Sakit di Jakarta.
Di asrama pernah mau bunuh diri karena merasakan kehampaan tiada sukacita dan pengharapan. Ketika akan bunuh diri saya teringat bahwa kemanapun saya pergi juga kedunia orang mati, suatu saat tetap akan berhadapan dengan Tuhan. Saat itu saya berlutut dalam putus asa, akhirnya saya menyebut nama Yesus. Saya katakan :”Yesus tolong saya.” Saya merasakan beban saya terangkat, ada sukacita dan pengharapan yang belum pernah saya rasakan masuk kedalam hati saya. Di asrama inilah saya menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat saya. Alkitab menjadi suatu kebutuhan yang harus saya baca setiap hari, juga buku-buku rohani. Sering saya merasakan kehadiran Tuhan, ada hadirat Tuhan yang membuat saya sujud menyembah. Dengan sukacita saya memberitakan kabar keselamatan di dalam Yesus dan mendoakan pasien-pasien dirumah sakit, juga mengikuti Sekolah Alkitab  School of Ministry (SOM).
Namun dalam tahun-tahun berlalu, perjalanan mengiring Kristus tidak selalu berjalan baik. Setelah lulus kuliah dan beberapa tahun bekerja, kehidupan dalam keluarga tidak ada perubahan, berulang-ulang mendapat perlakuan kurang baik dan hal-hal yang melukai hati, perkataan ayah yang menyumpah-nyumpah, perkataan ibu yang mengatakan bahwa saya anak durhaka, betapa saya tidak mengerti akan semuanya ini. Timbul dihati saya rasa tidak memiliki ibu dan merasa asing dengan beliau sampai saya berfikir apakah benar saya anak beliau? Saya mencari tahu dengan mencari data kelahiran, lahir dimana? Siapa yang menolong? Saya lihat surat kelahiran dan saya memang anak ibu, tetapi seperti tidak memiliki ibu.
Waktu terus berjalan, usia sudah 29 tahun, ibu memperkenalkan saya dengan seseorang, keluarga dari bapak pendeta. Saya hanya berfikir bahwa dia Kristen dan keluarga dari bapak pendeta tentunya memiliki tingkat kerohanian yang baik, walaupun tidak mencintainya akhirnya saya menikah dengan tawar hati, sampai pemberkatan nikah di gerejapun hati saya masih bertanya apakah dia suami saya? Tetapi semuanya berjalan begitu saja tanpa kebahagiaan. Suami saya orang yang tertutup. Kami sangat jarang komunikasi. Saya melihat dia tidak berdoa dan tidak membaca Alkitab, dan betapa terkejutnya saya bahwa dia juga mempunyai tingkat intelegent dibawah rata-rata normal.
Anak pertama lahir tidak merasakan kebahagiaan apa-apa, hati saya beku dan dingin. Usia bayi satu minggu karena rewel, saya memakinya. Memiliki sifat pemarah, mendidik anak dengan keras. (A) anak pertama sering saya pukul. Suatu ketika terjadi banjir dan  kami merapihkan file-file ijazah termasuk file suami, saya baru tahu bahwa dia tidak selesai kuliah, SMA jurusan bahasa. Kemampuan berpikirnya yang kurang membuat saya shock dan stress, kadang saya merasa seperti hampir gila. Ketika saya mengetahui hal tersebut sedang mengandung anak kedua, betapa stress dan takutnya saya kalau-kalau anak kedua saya bodoh. Sampai anak pertama berusia lima tahun saya tidak kuat lagi menjalani pernikahan.
Apapun akan saya lakukan untuk bercerai dengan dia, dada saya terasa berat dan sesak, beban ini terasa berat buat saya. Terbersit dipikiran bahwa saya harus hamil dengan orang lain, mungkin itulah satu-satunya alasan yang paling tepat, saya sangat berharap kejadian ini dapat membuat kami bercerai tidak peduli dengan apapun. Saya sengaja melanggar firman Tuhan. Ini rencana gila tapi akan saya lakukan agar bisa bercerai. Kemudian saya merencanakan detail dengan menghitung masa subur. saya hamil dan menceriterakan tentang semuanya kepada ibu bahwa saya hamil dan ingin bercerai dengan suami. Anehnya ibu mendukung, menyetujui perceraian dan mengantar saya untuk menemui bapak pendeta yang menikahkan kami, tetapi pak pendeta menolak untuk melayani dan menganjurkan ke gereja tempat saya beribadah. Suami tidak mau bercerai tetapi menyuruh saya mengaborsi kandungan.
Saya sangat jengkel dengan sikap suami yang saat itu saya anggap bodoh karena tidak mau menceraikan. Akhirnya walaupun ini bukan pilihan yang baik, saya melakukan aborsi. Setelah peristiwa itu sering merasa ketakutan dan mimpi-mimpi buruk. Bayangan buruk yang mengerikan begitu menghantui dan lebih dari itu saya sangat sedih karena kehilangan bayi yang tidak bersalah. Saya menyayangi dia walaupun belum pernah lahir. Ada hal aneh yang saya rasakan saat itu adalah seperti mati, merasa bahwa saya mati dan hati dikuasai hawa panas, sangat mudah marah. Keanehan lain adalah ketika berbicara tentang firman Tuhan, menceriterakan kepada anak tentang Yusuf dan keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir,  leher saya seperti tercekik, tidak bisa bicara sampai pembicaraan terhenti karena kehilangan suara. Saya juga tidak bisa menyembah seperti dahulu, Tuhan seperti membelakangi saya. Ada perasaan asing dengan Tuhan Yesus.
Adik saya yang dahulu nakal sudah menjadi pendeta dan menjadi ketua badan kerjasama antar gereja. Gereja membiayai dia untuk kuliah di Sekolah Tinggi Theologia (STT) di Jakarta. Dia melayani saya iner healing, ketika didoakan terjadi manifestasi yang menakutkan dan sejujurnya membuat adik saya shock karena terkejut dan tidak pernah mengira. Saya menyeringai seperti macan yang siap menerkam dengan mulut menganga dan tangan yang akan menerkam, kemudian muncul kegeraman dengan kedua tangan mengepal. Ada roh nenek-nenek, ular dan monyet, itu yang terjadi pada pelayanan pertama.
Pelayanan kedua, adik saya disertai dengan tim doanya, mereka berdoa dan puasa. Saya didoakan pelepasan secara detail mulai dari kandungan ibu, kelahiran, terus ditelusuri tahun pertama kedua dan muncul manifestasi ketika berumur tujuh tahun, saya tidak tahu apa yang terjadi pada usia tersebut, muncul manifestasi lagi saat usia remaja dan terus didoakan selama perjalanan umur saya saat itu. Kemudian saya mendengar suara lolongan jeritan yang sangat kuat keluar dari kerongkongan saya tetapi adik saya tidak mendengar sama sekali.
Pelayanan ketiga juga dengan tim doa mengelilingi saya, tampak penglihatan gurita yang mengikat saya dan yang saya sendiri terkejut adalah ada roh anti kristus. Tetapi semuanya itu telah ditolak dan saya telah didoakan dilepaskan dari semuanya. Ini benar-benar menegangkan. Saya baru tahu bahwa hubungan seks diluar pernikahan menjadi pintu masuk bagi kuasa-kuasa gelap (roh jahat dan setan-setan).
Saya teringat firman Tuhan tentang rumah yang telah dibersihkan karena tidak berpenghuni maka datanglah roh-roh jahat yang lebih banyak masuk ke rumah itu. Oleh karena itu orang yang telah lahir baru, telah  menerima Yesus sebagai Tuhan harus berhati-hati menjaga hidupnya, harus ada Roh Kudus yang menguasai hidupnya. Selanjutnya saya berdoa puasa supaya jangan datang yang lebih buruk. Mohon ampun Tuhan untuk segala dosa-dosa pemberontakan kepada Tuhan. Berusaha memegang janji Tuhan dan kebenaran firman-Nya, tetap beriman bahwa ketika menerima Yesus sebagai Tuhan, darah-Nya menyucikan segala dosa, status saya adalah anak Allah. Status ini tidak akan pernah hilang dan ketika saya kembali kepada Tuhan maka Tuhan pasti menerima saya kembali.
Iblis si penipu mengintimidasi bahwa saya telah menerima Yesus tetapi kemudian melakukan pemberontakan, maka Tuhan tidak akan pernah lagi mengampuni. Sejujurnya iblis sempat berhasil membuat saya ketakutan. Tidak berani lagi datang pada Tuhan, dan bukan hanya ragu tetapi tidak percaya bahwa Tuhan akan menerima saya kembali. Saya tidak berani datang pada Tuhan, tetapi saya juga membenci iblis. Tidak mudah menata hati kembali ketika pernah terhempas dari Tuhan, karena iblis menanamkan keraguan, dan ketakutan.
Saya patahkan segala intimidasi iblis dan berusaha bangkit kembali. Ketika seseorang kembali dan bertobat dengan sungguh-sungguh maka Tuhan akan memberikan pengampunan. (Yesaya 43:25 Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu). Akhirnya saya terus berupaya datang seperti wanita yang berdesakan ditengah keramaian yang berusaha menjamah jubah Yesus. Seperti pengemis yang mohon belas kasihan.  Itulah yang saya lakukan, karena saya najis dan cela, tidak ada kebenaran, hati yang penuh kekurangajaran kepada Tuhan, tidak hormat dan menentang. Betapa ngerinya kalau saya mengingat hal itu, tetapi oleh karena kuasa darah Yesus saat ini jiwa saya mendapat kelegaan dan kelepasan. Tidak ada lagi ikatan yang membelenggu karena darah-Nya menyucikan. Sesungguhnya cinta-Nya yang tidak terselami.
Kami sekeluarga mengikuti program pembelajaran. Ada sesi tentang “Memiliki hati yang merdeka”. Sesi ini membahas satu persatu segala bentuk keterikatan dan kutuk yang harus diputuskan antara lain tentang :
Ø  Kebiasaan buruk
v  Keterikatan : Perokok/Peminum/Pemakai narkoba.
Ø  Dosa seksual :
v  Cepat jatuh cinta/genit/suka pacaran.
v  Pornografi/Masturbasi.
v  Perzinahan/Pelacuran/Free sex.
v  Homoseksual/Lesbian/Banci/Kelainan seksual/Hipersex.
Ø  Penyembahan berhala :
1.      Okultisme :
v  Jimat/Mantera/Susuk/Patung berhala.
v  Minum air dukun/Hu.
v  Kuepang/Perjanjian darah dengan kuasa gelap.
v  Ramalan/Horoskop/Feng Shui/Shio.
v  Meditasi/Kebatinan/Tenaga dalam/Yoga/Ilmu sakti.
v  Ilmu bela diri.
v  Berhubungan dengan roh orang mati/Orang suci.
2.      Penyesatan.
Penyesatan adalah apapun yang membuat iman seseorang bergeser dari Tuhan Yesus. Sikap meragukan dan menolak Dia, termasuk kebenaran diri sendiri. Kebutaan rohani.
3.      Kutuk/Dosa nenek moyang:
v  Kawin cerai/Poligami.
v  Gangguan jiwa/Idiot/Penyakit keturunan.
v  Kegagalan/Kemiskinan.
v  Kecelakaan/mati muda.
Pada sesi tentang  “Memiliki hati yang benar” diuraikan tentang dosa-dosa dalam hati dan luka batin, antara lain :
Ø  Dosa dalam hati :
v  Kepahitan/kebencian/ingin balas dendam.
v  Hati yang tidak jujur/suka berbohong/gosip/fitnah.
v  Pemarah/mengutuk orang lain dihati/memberontak.
v  Suka menghakimi/sombong.
v  Cinta uang lebih dari Tuhan.
v  Imajinasi seksual/percabulan dihati.
Ø  Luka batin :
v  Minder/suka menyendiri/malu.
v  Rasa bersalah/sering tertuduh/menghakimi diri sendiri.
v  Mudah purus asa/ingin bunuh diri.
v  Takut tertolak/tidak aman/mudah curga.
v  Takut gagal/takut dinilai orang.
v  Takut gelap/takut ketinggian/suka mimpi buruk.
v  Trauma masa lalu/aborsi/pelecehan seksual/perkosaan/pengalaman buruk.
Dari daftar diatas pada point-point mana kami pernah berada, telah didoakan dilepaskan dan diputuskan dari kutuk dalam nama Yesus. Keluarga kami dipulihkan, kami saling mengampuni. Segala dosa saya telah saya akui juga dihadapan anak-anak tidak ada yang tersembunyi. Hal yang  membuat saya heran  ketika menceriterakan kepada T (anak kedua) bahwa dia sebenarnya punya adik tapi ibu telah mengaborsinya karena perbuatan salah yang telah ibu lakukan, sekarang adik telah bersama Tuhan. Anak saya dapat menerima penjelasan dan yang aneh adalah wajahnya sangat bersukacita karena ternyata dia punya adik meskipun tidak melihatnya. Dia sudah lama mengharapkan adik, setiap kali ada pasien yang lahir, dia selalu meminta untuk menjadi adiknya. Dia meminta agar saya memberi nama pada adiknya, anak itu saya beri nama Kasih. Hatinya begitu lega dan bersukacita, saya lihat matanya berbinar-binar penuh sukacita….ini aneh…..
iblis  merancangkan kehancuran tetapi rancangan damai sejahtera Tuhan tidak pernah gagal. Mulai dari ayahku yang ke dukun, kutuk itu bekerja sampai ke pernikahan saya, apa yang ibu saya alami hampir semuanya juga terjadi dalam hidup saya yaitu akan bercerai, pelecehan seksual, perpisahan dengan anak, kebekuan hati dan kurang mengasihi, berbagai kesulitan hidup, saya juga mengalami, bahkan saya melakukan kekerasan pada anak. Tetapi tangan Tuhan menolong saya, dan panggilan-Nya yang telah Dia tetapkan akan tetap terjadi sesuai dengan rencana-Nya.
Dari semua yang saya alami, doa dan penyembahan menjadi suatu kebutuhan. Tahun tahun telah berjalan saya melakukannya. Banyak hal yang saya alami secara pribadi dengan Tuhan disaat saya seorang diri menyembah. Namun sejujurnya kadang saya merasa cape untuk terus menerus doa mengcover keluarga. Kadang saya putus asa seperti tidak melihat hasilnya, tetapi ternyata perubahan dan hasil itu datang tanpa saya sadari dan sebenarnya itu telah terjadi.
Tuhan mendidik dan mengubahkan karakter dengan berbagai cara diantaranya ketika mengikuti seminar tentang wanita bijak, paradigma saya diubahkan untuk bagaimana menjadi ibu dan istri yang bijak. Cara orang tua yang salah dalam mendidik  akan mempengaruhi  cara kita mendidik anak sehingga kita juga melakukan kesalahan yang sama. Dulu mungkin orang tua kita memaksakan kehendaknya, tanpa disadari kitapun melakukan hal yang sama kepada anak. Setelah mengalami pemulihan demi pemulihan, cara saya mendidik anak benar-benar berubah, saya menegur dengan kasih sayang, dengan memeluk, tidak lagi menegur dengan kemarahan dan geram. Ketika seseorang dalam keluarga dipulihkan makan seluruh anggota keluarga juga akan mengalami pemulihan dan jamahan Tuhan.
Ayat firman Tuhan yang membuat saya berani datang untuk kembali kepada Tuhan adalah ajakan-Nya dari Matius 11:28 Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Dan mendapat penghiburan dari Mazmur 27:10 Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku. Sesungguhnya ayat-ayat hafalan yang saya hafalkan saat remaja ternyata sangat menolong pada saat menghadapi pencobaan, dalam I Korintus 10:13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami adalah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya. Juga saat saya mengalami kepahitan hidup, yang saya ingat adalah Roma 8:28 ...bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Saya mengikuti Excellent Servent Camp, dimana kami dilatih seperti tentara, melayani Tuhan dengan disiplin dan komitment dengan hati nurani yang murni dan kesetiaan. Saya diberkati dengan pelatihan tersebut bahwa kita ini hamba dan budak yang harus melayani Tuannya dengan kesiagaan dan kerendahan hati. Suami mengikuti Mans Camp yang setidaknya mengubah paradigma untuk memahami perannya sebagai imam dalam keluarga. Kalau saat ini rumah tangga kami masih tetap berjalan hanya karena kasih karunia Tuhan Yesus Kristus.
Sejujurnya tidak mudah bagi saya menerima kondisi suami. Sebelum dipulihkan saya merasa bahwa pernikahan adalah mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Sering saya meminta Tuhan untuk mengambilnya karena saya tidak kuat untuk hidup bersama dia. Banyak keputusan-keputusan penting yang seharusnya menjadi bagian suami, tetapi saya dengan terpaksa harus melakukannya. Batin saya lelah karena harus membimbing dan berulang-ulang memberi dorongan baik untuk doa maupun memposisikan perannya sebagai kepala keluarga. Menyampaikan berulang-ulang untuk satu suara dalam mendidik anak dan banyak hal lain dimana saya harus selalu mengarahkan. Betapa lelahnya batin saya karena sesungguhnya yang saya inginkan adalah suami yang bisa mengayomi, mengarahkan dan mensuport bukan hal yang sebaliknya. Suami yang bisa membuat saya tenteram, bukan suami yang membuat saya menuai stress dan ketegangan.
Ketika mempelajari firman Tuhan bahwa tidak ada yang kebetulan dalam hidup, tetapi semuanya telah dirancangkan oleh Tuhan jauh sebelumnya bahkan jauh sebelum saya dilahirkan, telah ditulis hari-hari yang akan dibentuk. Mazmur 139:16 Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun daripadanya.
Kasih Tuhan telah mengubah cara pandang saya sehingga saat ini bisa melihat sisi lain dari semua hal yang nampaknya  buruk. Dulu sering bertanya mengapa hidup sedemikian susah, semuanya harus didapatkan dengan sulit, saya marah pada Tuhan, merasa ini tidak adil. Ternyata inilah yang dikehendaki iblis dengan segala tipu muslihatnya, melalui kondisi dan situasi yang mendorong orang untuk tidak mempercayai Tuhan, untuk tidak mengenal Tuhannya. Tetapi saya mengucap syukur bahwa melalui kesulitan ini justru dapat mengenal Yesus dan membuat saya bergantung penuh hanya kepada-Nya, karena tidak ada satupun yang bisa diharapkan.
Saya berupaya untuk mempelajari firman-Nya, dan dengan segenap hati mencari-Nya dan Dia membuat saya menemukan-Nya. Sesungguhnya hidup ini adalah bagaimana kita mau memikul salib dan menyangkal diri. Hidup ini bukan soal kebahagiaan, karena banyak orang bahagia karena hal-hal duniawi; tetapi apakah kita melakukan kehendak-Nya. Ketika kita mau melakukan apa yang Tuhan perintahkan maka sukacita itu akan memenuhi hati kita dan itu tidak dapat diambil oleh siapapun.
Saat ini dalam rumah tangga, saya menjalani peran sebagai teman dan penolong bagi suami, itulah rancangan Tuhan dari semula kepada Hawa. Saya menjalani bagian yang sudah ditentukan dan tidak menuntut. Karena ketika seseorang menuntut perhatian dan menuntut segala hal yang lain maka hanya akan mendapat kekecewaan. Seseorang tidak dapat mengendalikan kondisi atau apa yang akan terjadi tetapi dapat mengendalikan respon hatinya terhadap kondisi. Sakit hati atau tidak, mengalami luka batin atau tidak, mengampuni atau tidak, juga kecewa atau tidak, itu tergantung keputusan apa yang akan diambil, karena itu pilihan. Seseorang harus memiliki respon yang positif dan berani meletakkan hak.
Dalam hubungan dengan anak, dulu saya seorang yang keras dan kasar pada anak, tetapi sekarang saya bisa menyayangi mereka sebagai anugerah jiwa yang Tuhan percayakan. Namun trauma yang pernah terjadi pada anak terutama anak saya yang pertama, tidak hilang begitu saja, tetapi memerlukan proses. Sisa ketakutan kadang masih tampak. Juga munculnya kecemburuan kakak terhadap adik yang merasa adik lebih disayang. Saya berupaya untuk memperlakukan mereka secara adil dan memberi penjelasan bahwa semua disayang. Adik harus menghormati kakak demikian juga sebaliknya. Harus saling meminta maaf apabila melakukan kesalahan. Sayapun meminta maaf kepada mereka apabila saya bersalah. Selain mendoakan dan memberkati mereka, sayapun minta didoakan dan diberkati anak-anak. Saya juga minta didoakan dan diberkati suami dihadapan anak-anak agar mereka juga melakukan yang sama kelak.
Dalam kesulitan kami berdoa bersama dan Tuhan tidak membiarkan kami kekurangan. Kerinduan saya adalah membangun mezbah keluarga. Disaat-saat kami bisa berkumpul bersama maka kami mangadakan doa penyembahan, memperkatakan firman Tuhan. Janji firman Tuhan dalam Ulangan 30:2-3a dan apabila engkau berbalik kepada Tuhan, Allahmu dan mendengarkan suara-Nya sesuai dengan segala yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, baik engkau maupun anak-anakmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, maka Tuhan, Allahmu, akan memulihkan keadaanmu dan akan menyayangi engkau. Saya percaya akan janji-Nya yang tidak akan pernah berubah. Tuhanlah yang akan mengubahkan hati saya. Ulangan 30:6 Dan Tuhan, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup.  Saya percaya akan kasih setia-Nya kepada keturunan orang percaya.
September tahun 2000, malam itu saya sedang menolong persalinan, pasien sudah akan melahirkan, tiba-tiba mendapat telpon bahwa ayah saya meninggal. Betapa terkejutnya saya, tetapi juga tidak mungkin kalau malam itu meninggalkan pasien. Setelah melayani persalinan, jam 3 pagi saya pulang mendapatkan almarhum ayah. Walaupun ayah tidak bekerja tetapi dari hatinya saya merasakan kasih sayangnya, saya menyayangi ayah dan sesungguhnya selagi beliau masih adapun saya selalu mendoakan, kadang membawa teman-teman persekutuan untuk mendoakan. Ibu mengatakan bahwa malam itu beliau membaca kitab nabi Yesaya kemudian pergi ke toilet, jatuh dan menghembuskan nafas terakhir. Kiranya Tuhan yang maha pengasih mengampuninya.
Tahun 2004 kelas dua SD anak kedua (T) saya pindahkan ke sekolah M. Saya memantau aktifitas anak saya, setiap pagi ada ibadah, kalaupun ada pelajaran olah raga, musik-musik yang digunakan adalah lagu-lagu pujian kepada Allah. Glori…glori…haleluya…anak-anak berolah raga dengan sukacita. Betapa anak sayapun penuh dengan sukacita, dia sangat antusias bersekolah dan selalu menjadi juara kelas (sebelumnya saya sangat takut dia bodoh), di  kelas XI dan XII menjadi juara umum, dia aktif di marching band demikian juga dengan kakaknya. Saat inipun dia kuliah di Universitas dengan beasiswa penuh. Kakaknya telah bekerja diluar negeri. Tuhan Yesus ajaib.
Semuanya ini  saya tuliskan untuk berbagi yaitu bahwa setelah hidup dalam Yesus, kita perlu memelihara hidup kita dalam persekutuan dengan Tuhan, kita juga memerlukan  lingkungan yang mendukung, bergaul dengan orang-orang yang hidup dalam Tuhan, bimbingan dari pemimpin rohani yang bisa mengarahkan agar hidup lebih optimal, karena kita memerlukan proses untuk berubah. Seseorang tidak dapat berjalan sendiri meskipun berdoa dan membaca firman Tuhan. Kita memerlukan komunitas, teman untuk berbagi,  mendorong  dan saling menguatkan. Kita juga perlu melayani karena dengan melayani, seseorang akan semakin bertumbuh.
Sebelumnya saya bekerja sebagai dosen di Akademi Kebidanan yang kemudian resign dan memberi diri untuk pelayanan. Di Akademi Kebidanan saya telah membentuk persekutuan mahasiswa Kristen yang sampai saat ini masih berjalan, namun saya mempertimbangkan untuk dapat lebih banyak melakukan pekerjaan Tuhan tanpa dihalangi tanggung jawab kerja struktural yang menyita banyak waktu. Saya juga bersyukur bisa ikut melayani ke kolong jembatan di dekat Indomobil Tebet. Di kolong yang gelap ini dihuni oleh lebih dari 30 KK. Betapa senangnya saya bisa mengunjungi mereka. Mungkin kalau saya masih dipendidikan lingkup yang saya layani hanya sebatas mahasiswa, tetapi saat ini saya bisa ke tempat-tempat kumuh, anak jalanan, panti asuhan, tempat orang gangguan jiwa, penjara, ke propinsi-propinsi dan bangsa-bangsa. Sesungguh-Nya hati Tuhan tertuju pada mereka orang-orang yang terpinggirkan, yang tidak berpengharapan, yang tidak dipandang oleh dunia. Orang-orang yang tidak berarti. Bisa melayani adalah anugerah. Praise the Lord.